Serba-serbi Fast Fashion

Najwa Awliya R.
3 min readMay 22, 2022

--

Sumber: Carbon Initiative Forum

Siapa di sini yang gak kenal sama brand-brand besar yang biasanya ngeluarin produk pakaian dengan model yang berbeda di tiap season yang berbeda pula? Secara tidak langsung hal-hal tersebut dapat memicu pemikiran impulsif dan salah satu contohnya seperti “kalau aku ga beli barang ini sekarang, belum tentu nanti masih ada barangnya”. Tentu kalian semua familiar sama keadaan kayak gini dan hal ini disebut dengan fast fashion. Sebenernya apa sih fast fashion itu?

Fast fashion sendiri merupakan keadaan di mana pakaian diproduksi dalam kurun waktu yang cepat dengan fokus utamanya adalah mengikuti tren yang kian berubah seiring waktu. Jadi bisa kalian bayangkan kalau setiap tahun pasti ada aja tren yang lagi populer dan bakal sebanyak apa pakaian yang bakal diproduksi. Fast fashion ini jadi salah satu cara karena perusahaan dapat memproduksi pakaian dengan jumlah yang banyak dan secara massal untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan laba. Namun, masih banyak konsumen pakaian ini yang belum paham kalau fast fashion punya banyak banget dampak gak hanya dari segi lingkungan aja tapi juga dari segi kemanusiaan.

Isu Lingkungan
Produksi pakaian jadi praktik paling intens kedua di dunia. Dengan diterapkannya produksi secara besar-besaran, otomatis penggunaan bahan baku juga harus banyak dan prosesnya jadi serba cepat. Salah satu bahan bakunya air. Pasokan air untuk memproduksi pakaian itu tentunya gak sedikit dan sangat diharuskan menggunakan pasokan air minum. Hal ini menyebabkan sekitar 884 juta orang kekurangan akses untuk mendapatkan air bersih, sehingga muncul efek dehidrasi dan kesehatan lainnya.

Selain itu perusahaan yang memproduksi fast fashion ini tentu menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama untuk fasilitas mereka. Karena bahan bakar secara terus menerus digunakan, alhasil adanya pelepasan gas emisi ke lingkungan yang menimbulkan efek rumah kaca. Kemampuan bumi untuk mempertahankan suhu normal pun semakin berkurang karena adanya efek tersebut.

Selanjutnya ketika para konsumen mencuci pakaian fast fashion mereka, mikroplastik yang terkandung dalam bahan pakaian (serat sintesis) tersebut terdegradasi ke dalam air limbah yang kemudian dapat mencemari lingkungan, khususnya ekosistem laut.

Isu Kemanusiaan
Karena dalam sekali produksi tentunya perusahaan ingin mendapatkan kuantitas yang besar karena adanya target yang ingin dipenuhi, permasalahan kesejahteraan pekerjanya banyak bermunculan. Dalam industri ini, perusahaan biasanya merekrut banyak pekerja dengan jam kerja yang melebihi batas maksimal namun upah yang diberikan pun tidak sesuai dengan standar yang diberikan. Aspek yang terjadi juga banyak dalam fast fashion ini, misal seperti eksploitasi besar-besaran terhadap manusia (khususnya perempuan dan anak-anak), jam kerja tidak sesuai standar, pemberian upah yang cenderung rendah, serta jaminan sosial yang tidak terpenuhi menjadikan dunia fast fashion ini adalah tempat perbudakan.

Sangat disayangkan fast fashion ini masih banyak digandrungi di kalangan masyarakat karena harga produknya yang terjangkau karena biaya untuk produksinya sendiri sangatlah rendah. Brand-brand fast fashion juga sangat gencar untuk mencari konsumen, marketingnya pun juga sangat handal karena target pasar mereka juga luas, termasuk Indonesia. Ditambah model pakaian yang dikeluarkan selalu mengikuti tren yang sedang berlangsung, jadi gak heran kalau orang-orang mau keliatan fashionable dengan tren yang up to date dan gak mau dibilang kuno.

Jadi, gimana? Apakah kalian tetap mau beli produk-produk dari fast fashion?

--

--